Sabtu, 17 Juli 2010

Semantik

Oleh Ade Heryawan, S. Pd.




1.1 Pengertian Semantik
Kata semantik (Inggris: semantics) berasal dari kata sema, berupa kata benda dalam bahasa Yunani yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata sema ini setelah diubah ke dalam kata kerja menjadi semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”.
Tanda atau lambang sebagai padanan dari kata sema merupakan tanda linguistik yang terdiri dari komponen yang mengartikan (signifie) dan komponen yang diartikan (signifiant). Komponen yang mengartikan berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa, sedangkan komponen yang diartikan merupakan komponen makna dari komponen pertama. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambangkannya merupakan sesuatu yang berada di luar bahasa dan lazim disebut sebagai referent atau hal yang ditunjuk.
Selanjutnya, kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dapat juga dikatakan bahwa semantik merupakan bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.
Hal itu berarti bahwa, komponen makna seperti halnya bunyi dan tata bahasa, ternyata menduduki tingkatan tertentu. Jadi, bila komponen bunyi menduduki tingkat pertama, komponen tata bahasa tingkat kedua, maka komponen makna menduduki tingkatan paling akhir. Dan hubungan ketiga komponen ini sesuai dengan kenyataan bahwa; (a) bahasa pada awalnya merupakan bunyi-bunyi abstrak yang mengacu pada keberadaan lambang-lambang tertentu, (b) lambang-lambang merupakan seperangkat sistem yang memiliki tatanan dan hubungan tertentu, dan (c) seperangkat lambang yang memiliki bentuk dan hubungan itu mengasosiasikan keberadaan makna tertentu.

1.2 Jenis Semantik
Semantik yang dapat diartikan sebagai bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa, dapat dibedakan menjadi semantik behaviorisme dan semantik struktural. Semantik behaviorisme menekankan kajiannya pada masalah hubungan makna dengan pemeran dan konteks pemakaian, serta makna dengan proses kejiwaan pemeran, baik dalam kegiatan pengolahan maupun pemahaman pesan. Sedangkan semantik struktural, kajiannya berfokus pada masalah makna dalam hubungannya dengan struktur kata maupun kelompok kata.
Selain pembagian seperti itu, mengingat pengertian semantik menunjuk pada objek studinya yaitu berupa makna bahasa atau lebih tepatnya, makna dari satuan-satuan bahasa seperti kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana, maka cakupan studi semantik pun dapat dibedakan berdasarkan tataran objek penyelidikannya.
Bila objek penyelidikannya pada tataran leksikon dari bahasa, maka jenis semantiknya disebut semantik leksikal. Dalam jenis semantik ini diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Di sini perlu dijelaskan mengenai istilah leksem. Leksem adalah suatu istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebut satuan-satuan bahasa yang bermakna, dapat berupa sebuah kata atau gabungan kata. Kumpulan dari leksem-leksem ini disebut leksikon, sedangkan kumpulan dari kata-kata suatu bahasa disebut kosa kata.
Bila objek penyelidikannya pada tataran tata bahasa atau gramatika, maka jenis semantiknya disebut semantik gramatikal. Dalam jenis semantik ini diselidiki makna yang ada pada satuan-satuan morfologi (morfem dan kata) dan sintaksis (kata, frase, klausa, dan kalimat). Oleh karena itu, makna yang dijadikan objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran tersebut.
Namun, bila objek penyelidikannya lebih bertumpu pada hal-hal yang berkaitan dengan sintaksis meskipun masih berada dalam tataran tata bahasa, maka jenis semantiknya disebut semantik sintaktikal. Hal ini dilakukan karena dalam sintaksis terdapat tiga tataran bawahan yang disebut fungsi gramatikal, kategori gramatikal, dan peran gramatikal. Fungsi gramatikal merupakan kotak-kotak kosong yang diberi nama subjek, predikat, objek, dan keterangan. Kategori gramatikal merupakan pengisi kotak-kotak kosong tersebut yang dapat berupa nomina, verba, atau ajektiva. Sedangkan peran gramatikal merupakan peran pengisi kotak-kotak kosong yang sudah memiliki makna leksikal, seperti peran agentif, pasien, objek, benafaktif, lokatif, instrumental, dan sebagainya.
Selain semantik leksikal, semantik gramatikal, dan semantik sintaktikal tersebut, terdapat satu jenis semantik lagi yang oleh Verhaar disebut semantik maksud (1978: 130). Semantik maksud merupakan jenis semantik yang menjadikan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahasa sebagai objek penyelidikannya.

1.3 Manfaat Semantik
Manfaat yang dapat diperoleh melalui studi semantik sangat bergantung pada jenis bidang yang kita geluti dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, bagi seorang wartawan, peneliti bahasa, guru, dan orang awam, studi semantik memiliki manfaat yang berbeda.
Bagi seorang wartawan yang berkecimpung dalam dunia pemberitaan, studi semantik akan memberikan manfaat praktis. Manfaat ini berupa kemudahan dalam memilih dan menggunakan kata-kata yang tepat ketika menyampaikan informasi kepada masyarakat umum. Hal ini terjadi karena tanpa pengetahuan tentang konsep-konsep polisemi, homonimi, denotasi, konotasi, dan nuansa-nuansa makna tertentu, mereka akan sulit menyampaikan informasi secara tepat dan benar.
Bagi para peneliti bahasa, studi semantik akan memberikan bekal teoritis dalam menganalisis bahasa atau bahasa-bahasa yang sedang dipelajari. Sedangkan bagi guru atau calon guru, studi semantik akan memberikan manfaat teoritis dan praktis.
Selanjutnya, bagi orang awam pun studi semantik ternyata akan memberikan manfaat, yaitu memberikan kemudahan bagi dirinya untuk memahami dunia di sekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar