Jumat, 19 Maret 2010

Metode Latihan

Oleh Ade Heryawan, S. Pd.


A. Pengertian Metode Latihan
Metode merupakan “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan” (Depdikbud, 1996: 652).

Oleh karena itu, pemilihan dan penentuan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran harus dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1. harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa;
2. harus dapat menjalin perkembangan kegiatan kepribadian murid;
3. harus dapat memberikan kesempatan bagi ekspresi yang kreatif dari kepribadian murid;
4. harus dapat merangsang kegiatan murid untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi;
5. harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dengan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi;
6. harus dapat meniadakan perjanjian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengamalan atau situasi yang nyata dan bertujuan (Depdiknas, 2002: 38).

Syarat-syarat tersebut berlaku pula dalam penentuan dan pemilihan metode pengajaran bahasa Indonesia. Hal ini didasari suatu alasan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pun dikenal berbagai metode pengajaran bahasa, antara lain metode fonetik, metode terjemahan, metode tata bahasa, metode latihan dan sebagainya.

Metode latihan, sebagai salah satu metode yang dapat dipilih dan digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia merupakan “metode yang sangat sesuai untuk melatih keterampilan, baik keterampilan fisik maupun keterampilan mental” (Depdikbud, 1996: 18).

B. Langkah-langkah Metode Latihan
Metode latihan sangat sesuai untuk melatih keterampilan, baik keterampilan fisik maupun keterampilan mental. Metode ini berhubungan dengan pembentukan asosiasi-asosiasi mental yang siap untuk direproduksi. Oleh karena itu, pelaksanaan metode ini harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Sebelum latihan dilaksanakan, siswa harus diberi penjelasan mengenai arti atau manfaat dan tujuan dari latihan tersebut.
2. Latihan hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana kemudian ke taraf yang lebih kompleks atau sulit.
3. Prinsip-prinsip dasar pengerjaan latihan hendaknya telah diberikan kepada anak.
4. Selama latihan berlangsung, perhatikanlah bagian-bagian mana yang sebagian besar anak-anak dirasakan sulit.
5. Latihlah bagian-bagian yang dipandang sulit itu lebih intensif.
6. Perbedaan individual anak perlu diperhatikan.
7. Jika suatu latihan telah dikuasai anak-anak, taraf berikutnya adalah aplikasi (Depdikbud, 1996: 18).

Dan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, metode latihan yang berhubungan dengan pembentukan asosiasi-asosiasi mental yang siap untuk direproduksi tersebut, mencerminkan bahwa asosiasi-asosiasi mental itu berhubungan dengan empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa ini merupakan satu kesatuan yang merupakan catur tunggal dan berhubungan erat dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Henry Guntur Tarigan dalam Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa yang menyatakan bahwa:
Keterampilan berbahasa berhubungan erat dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 1982: 1).

Oleh karena itu, dalam pembelajaran mengarang yang merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia, metode latihan merupakan metode yang sangat penting. Pembelajaran mengarang ini menuntut latihan yang cukup, teratur, dan pembelajaran yang berprogram.

Menurut Peck & Schulz (1969) dalam Tarigan (1982: 9), program-program dalam bahasa tulis direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut.
1. Membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan menulis.
2. Mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan.
3. Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis.
4. Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas.

Dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, Albert (1961) dalam Tarigan (1982:10) menjelaskan beberapa langkah sebagai berikut.
1. Daftarkan pada sehelai kertas segala detail atau bagian kecil-kecil yang dapat dikumpulkan mengenai topik pembicaraan.
2. Susunlah detail-detail tersebut dengan baik, misalnya menggunakan klasifikasi.
3. Buatlah suatu bagan (outline) paragraf.
4. Tulislah paragraf sesuai dengan bagan.
5. Akhirilah paragraf dengan suatu kalimat yang sesuai sebagai penutup.
6. Tutup atau akhirilah paragraf dengan suatu judul yang menarik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar