Selasa, 16 Maret 2010

Mencontek

Oleh Ade Heryawan, S.Pd.

Mencontek merupakan kata berprefiks meN-. Kata ini memiliki makna “berbuat atau membuat sesuatu menurut contoh” (Depdikbud, 1996: 195). Kata ini sangat populer di kalangan pengguna bahasa yang sedang menempuh studi. Dan kata ini sering digantikan dengan kata “menyontek” seperti terlihat dalam tuturan “Kamu menyontek lembar jawabku, ya?”.

Tuturan tersebut merupakan segelintir ilustrasi dari tuturan pengguna bahasa untuk mengatakan, menyatakan, atau menanyakan kepada orang lain yang sedang, telah, atau selalu berbuat atau membuat sesuatu berdasarkan pekerjaan orang lain.

Berdasarkan tuturan tersebut, muncullah permasalahan “Mencontek atau menyontekkah yang tepat digunakan?”. Untuk menjawab permasalahan itu, kita harus mempelajari kembali morfologi.

Morfologi sebagai cabang ilmu bahasa atau linguistik yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik, telah menjelaskan berbagai fungsi dan makna afiks, termasuk prefiks meN- di dalamnya.

Prefiks meN- merupakan afiks yang memiliki fungsi sebagai pembentuk kata nominal menjadi verbal melalui proses morfologik. Proses morfoligik di sini diartikan sebagai “proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya” (Ramlan, 1987: 51).

Dalam bahasa Indonesia dikenal tiga proses morfologik, yaitu: proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan. Proses pembubuhan afiks atau afiksasi merupakan proses pembentukan kata dengan membubuhkan bubuhan yang disebut afiks. Proses pengulangan atau reduplikasi merupakan proses pembentukan kata dengan pengulangan bentuk dasarnya. Sedangkan proses pemajemukan merupakan proses pembentukan kata dengan penggabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru.

Dari ketiga proses morfologik tersebut, proses pembubuhan afiks atau afiksasilah yang sangat berkaitan untuk menjawab permasalahan “Mencontek atau menyontekkah yang tepat digunakan?”.
M. Ramlan dalam Morfologi (Suatu Tinjauan Deskriftif) menjelaskan bahwa, “Proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks pada sesuatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata.” (Ramlan, 1987: 54).

Proses pembubuhan afiks itu sangat berkaitan dengan proses morfofonemik, yaitu proses yang mempelajari perubahan-perubahan fonem sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.

Proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya dapat disebutkan ada tiga jenis, yaitu proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses penghilangan fonem.

Proses morfofonemik yang secara langsung dapat menjawab permasalahan “Mencontek atau menyontekkah yang tepat digunakan?” adalah proses perubahan fonem. Hal ini sejalan dengan pendapat M. Ramlan dalam Morfologi (Suatu Tinjauan Deskriftif) yang menjelaskan bahwa;
“Proses perubahan fonem, misalnya terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi /`m, n, , ŋ/, hingga morfem meN- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-, dan morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Perubahan-perubahan itu bergantung pada bentuk dasar yang mengikutinya.” (Ramlan, 1987: 84).

Mengingat proses perubahan fonem tersebut bergantung pada bentuk dasar yang mengikutinya, maka sebelum menjawab permasalahan “Mencontek atau menyontekkah yang tepat digunakan?”, sebaiknya dikaji dahulu beberapa kaidah perubahan fonem sebagai berikut.
1. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /m/ bila bentuk dasar yang mengikutinya diawali fonem /p, b, f/.
Misalnya:
meN- + paksa → memaksa
meN- + bantu → membantu
meN- + fitnah → memfitnah
peN- + paksa → pemaksa
peN- + bantu → pembantu
peN- + fitnah → pemfitnah
2. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /n/ bila bentuk dasar yang mengikutinya diawali fonem /t, d, s/.
Misalnya:
meN- + tulis → menulis
meN- + dapat → mendapat
meN- + suplly → mensuplly
peN- + tulis → penulis
peN- + dapat → pendapat
peN- + suplly → pensuplly
3. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi / / bila bentuk dasar yang mengikutinya diawali fonem /s, , c, j/.
Misalnya:
meN- + sapu → menyapu
meN- + sangkal → menyangkal
meN- + coba → mencoba
meN- + jaga → menjaga
peN- + sapu → penyapu
peN- + sangkal → penyangkal
peN- + coba → pencoba
peN- + jaga → penjaga
4. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /ŋ/ bila bentuk dasar yang mengikutinya diawali fonem /k, g, x, h, dan vokal/.
Misalnya:
meN- + kacau → mengacau
meN- + garis → menggaris
meN- + khianati → mengkhianati
meN- + hias → menghias
meN- + angkut → mengangkut
meN- + emban → mengemban
meN- + ikat → mengikat
meN- + uji → menguji
meN- + omel → mengomel
peN- + kacau → pengacau
peN- + garis → penggaris
peN- + khianat → pengkhianat
peN- + hias → penghias
peN- + angkut → pengangkut
peN- + emban → pengemban
peN- + ikat → pengikat
peN- + uji → penguji
peN- + omel → pengomel
Contoh lain:
meN- + bom → mengebom
meN- + cat → mengecat
meN- + las → mengelas
peN- + bom → pengebom
peN- + cat → pengecat
peN- + las → pengelas

Berdasarkan keempat proses perubahan fonem dalam proses morfofonemik tersebut, dapat dijelaskan bahwa kata “mencontek” berasal dari proses pembubuhan afiks meN- pada bentuk dasar contek yang sesuai dengan kaidah ketiga dari kaidah perubahan fonem dalam proses morfofonemik yang menyebutkan bahwa, fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi / / bila bentuk dasar yang mengikutinya diawali fonem /s, , c, j/.

Oleh karena itu, kata “mencontek” merupakan bentuk kata yang berasal dari proses perubahan morfem meN- menjadi / / bila bertemu dengan bentuk dasar yang diawali fonem /c/, seperti terlihat dalam deret morfologis berikut:
meN- + contek → mencontek bukan menjadi menyontek
meN- + cuci → mencuci bukan menjadi menyuci
meN- + coret → mencoret bukan menjadi menyoret
meN- + cium → mencium bukan menjadi menyium
meN- + capai → mencapai bukan menjadi menyapai
meN- + cari → mencari bukan menjadi menyari
meN- + coba → mencoba bukan menjadi menyoba
meN- + cabik → mencabik bukan menjadi menyabik
meN- + cabut → mencabut bukan menjadi menyabut

Jadi jelaslah bahwa penggunaan kata “mencontek” yang sering diganti menjadi kata “menyontek” merupakan pemilihan kata yang salah karena tidak sesuai dengan kaidah proses morfofonemik.

Dengan demikian, bila kita dihadapkan pada permasalahan memilih bentuk kata berimbuhan yang benar, sebaiknya gunakanlah aneka kaidah yang berlaku dalam proses morfofonemik, kemudian buatlah deret morfologis yang relevan dengan bentuk kata tersebut. Selamat mencoba!




Bibliografi

Chaer, Abdul. 1994. Lingistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakaeta: Balai Pustaka.
Parera, Jos Daniel. 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan, M. 1987. Morfologi (Suatu Tinjauan Deskriftif). Yogyakarta: CV Karyono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar