Jumat, 19 Maret 2010

Karangan

Oleh Ade Heryawan, S. Pd.


A. Pengertian Karangan
Karangan sering didefinisikan sebagai “simbol-simbol grafis yang menyatakan pemakaian suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol-simbol grafis itu sebagai bagian penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa” (Ahmadi, 1989: 28).

Sejalan dengan pendapat tersebut, A. Widyamartaya dalam Seni Menuangkan Gagasan mengungkapkan bahwa, “karangan dapat kita pahami sebagai wujud dari seluruh rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan yang disampaikan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang” (Widyamartaya, 1993: 9).

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil pengungkapan gagasan berdasarkan hasil penelitian yang dinyatakan dalam simbol-simbol grafis, sehingga dapat dipahami pembaca sesuai dengan maksud pengarang.


B. Jenis-jenis Karangan
Bila ditinjau dari cara penyampaian isinya, karangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu karangan narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi, dan deskripsi.

Karangan narasi adalah “semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu peristiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh para pembaca” (Keraf, 1995: 17).

Karangan eksposisi adalah “suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek, sehingga dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca” (Keraf, 1995: 5).

Karangan persuasi adalah “karangan yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pengarang pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang” (Keraf, 1987: 118).

Karangan argumentasi adalah “suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis atau pembicara” (Keraf, 2001: 3).

Dan karangan deskripsi adalah “semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan pembaca melihat sendiri objek itu” (Keraf, 1995: 16).


C. Bagian-bagian Karangan
Karangan yang ditulis dalam jenis apapun, pada umunya memiliki bagian-bagian utama yang dapat memudahkan pembaca dalam memahami maksud atau isi karangan tersebut. Bagian-bagian utama ini pada umumnya berupa bagian pendahuluan, isi, dan penutup.

Bagian pendahuluan merupakan bagian yang pertama kali dibaca pembaca. Pada bagian ini pengarang harus berupaya “menyajikan latar belakang, ruang lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan kerangka acuan yang digunakan” (Keraf, 1995: 9).

Bagian isi merupakan bagian terpenting dari seluruh karangan. Isi bagian ini sangat bergantung pada jenis karangan yang digunakan. Agar isi karangan benar-benar dapat dipahami pembaca, maka bagian ini harus disajikan secara jelas dan teratur. Oleh karena itu, sebelum menulis sebuah karangan, perumusan kerangka karangan merupakan langkah awal yang tidak boleh dilupakan.

Dan bagian penutup merupakan kesimpulan dari hal-hal yang telah dideskripsikan pada bagian isi karangan. Kesimpulan yang dirumuskan pengarang pun sangat bergantung pada jenis karangan yang dipilihnya.

D. Kerangka Karangan
Menurut Gorys Keraf dalam Komposisi, “Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap” (Keraf, 1993: 132).

Kerangka karangan tersebut akan mempermudah pengarang untuk menuangkan gagasan-gagasannya secara logis dan teratur. Kelogisan dan keteraturan karangan ini akan terwujud jika pengarang memperhatikan masalah kohesi dan koherensi.

Kohesi adalah “keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan unsur yang lain” (Moeliono, 1993: 343). Dan koherensi adalah “hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur kata atau kelompok kata yang membentuk kalimat” (Keraf, 1993: 38).

Dengan demikian, kerangka karangan dan masalah kohesi serta koherensi dalam pembelajaran mengarang, mutlak perlu ditanamkan pada diri peserta didik sejak dini, sehingga mereka terbiasa menuangkan gagasannya secara jelas dan logis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar